Dalam sunyi dan gelap
Jumat, 03 November 2017
0
komentar
Kelam dalam sunyi yang membayangi
Kaki yang sakit karena berdiri sendiri
Terperangkap di rumah sunyi yang tak berpenghuni
Saat hati rapuh semua sirna dimakan hama
Papan itu yang dulunya begitu kuat
Kini aku harus melihat kehancurannya
Dalam gelap
Dalam sunyi
Dalam kesendirian
Bayangan terus mendandani medannya
Menjauh
Terus menjauh dari cahaya
Benarkah cahaya itu seperti kereta kuda?
Kereta kuda yang dinaiki para bangsawan lalu dan yang akan
Kita mengembara terus mencarinya dalam rumah dengan kengerian ini
Di api yang katanya terang
Gelap bersemayam
Membenamkan diri dalam gemerlap peradabannya
Untuk terus berusaha
Menjauhkan kita dari terang
Dari kemakmuran
Dari kereta yang mensejahtrakan
Kita berlinang air mata
Untuk minta belas kasihan
Karena sadar diri
Terjebak dan terbuang
Dalam keheningan yang selalu di nanti
Dalam syukur yang tak untuk di dengar
Mengapa gelap selalu tak adil
Kita terkurung di rumah kosong ini
Tanpa bantuan untuk di nikmati
Terkadang hanya bisa menghayal kereta kuda yang kan datang
Menjemput dari pintu tuk bawa harapan
Tapi perbudakan tak pernah semudah itu
Kesakitan memang tak menyenangkan
Tapi apa yang dilihat para penguasa
Mereka makan dengan rakusnya
Duduk dalam kereta kuda tapi ditarik manusia
Kesunyian ini
Kemalangan yang tidak akan pernah berakhir
Dalam minpi yang di kesunyian
Terbisik suara untuk takdir yang tak pernah jelas
Untuk waktu yang tak pernah berputar
Untuk syair yang bahkan belum di dengarkan
Dalam nyanyian terang yang dianggap telah runtuh
Gelap selalu bersorak di pepanku
Mengejek takdir yang mereka rancang dalam ketidak pastian
Dalam putus asa
Dalam keraguan
Sekali lagi terucap lagi pelecehan
Hal yang berputar tanpa henti menghapus semua yang tersimpan
Entah gelap atau terang yang menang
Dita masih terperangkap di rumah ini
Dalam dingin
Dalam kelaparan
Dalam sakit dan kegelapan
Karena kereta kuda yang ku tunggu tak pernah menungguku
Dalam perih aku menunggu takdirku
Yang kembali jadi abu
Saat semua tak terlihat lagi
Dan ku masih dalan sunyi ini
Kaki yang sakit karena berdiri sendiri
Terperangkap di rumah sunyi yang tak berpenghuni
Saat hati rapuh semua sirna dimakan hama
Papan itu yang dulunya begitu kuat
Kini aku harus melihat kehancurannya
Dalam gelap
Dalam sunyi
Dalam kesendirian
Bayangan terus mendandani medannya
Menjauh
Terus menjauh dari cahaya
Benarkah cahaya itu seperti kereta kuda?
Kereta kuda yang dinaiki para bangsawan lalu dan yang akan
Kita mengembara terus mencarinya dalam rumah dengan kengerian ini
Di api yang katanya terang
Gelap bersemayam
Membenamkan diri dalam gemerlap peradabannya
Untuk terus berusaha
Menjauhkan kita dari terang
Dari kemakmuran
Dari kereta yang mensejahtrakan
Kita berlinang air mata
Untuk minta belas kasihan
Karena sadar diri
Terjebak dan terbuang
Dalam keheningan yang selalu di nanti
Dalam syukur yang tak untuk di dengar
Mengapa gelap selalu tak adil
Kita terkurung di rumah kosong ini
Tanpa bantuan untuk di nikmati
Terkadang hanya bisa menghayal kereta kuda yang kan datang
Menjemput dari pintu tuk bawa harapan
Tapi perbudakan tak pernah semudah itu
Kesakitan memang tak menyenangkan
Tapi apa yang dilihat para penguasa
Mereka makan dengan rakusnya
Duduk dalam kereta kuda tapi ditarik manusia
Kesunyian ini
Kemalangan yang tidak akan pernah berakhir
Dalam minpi yang di kesunyian
Terbisik suara untuk takdir yang tak pernah jelas
Untuk waktu yang tak pernah berputar
Untuk syair yang bahkan belum di dengarkan
Dalam nyanyian terang yang dianggap telah runtuh
Gelap selalu bersorak di pepanku
Mengejek takdir yang mereka rancang dalam ketidak pastian
Dalam putus asa
Dalam keraguan
Sekali lagi terucap lagi pelecehan
Hal yang berputar tanpa henti menghapus semua yang tersimpan
Entah gelap atau terang yang menang
Dita masih terperangkap di rumah ini
Dalam dingin
Dalam kelaparan
Dalam sakit dan kegelapan
Karena kereta kuda yang ku tunggu tak pernah menungguku
Dalam perih aku menunggu takdirku
Yang kembali jadi abu
Saat semua tak terlihat lagi
Dan ku masih dalan sunyi ini
Baca Selengkapnya ....